Ramadan
  • 16 Dec 2025

Juli 2011, seorang blogger Amerika di Kunming, Yunnan, memotret sebuah toko yang persis seperti Apple Store asli: meja kayu, lampu putih terang, poster Steve Jobs, dan staf berkaus biru dengan logo apel tergigit. Bedanya, toko itu tidak pernah terdaftar di situs resmi Apple. Apa yang terjadi selanjutnya adalah salah satu cerita pemalsuan paling fenomenal di era digital awal Tiongkok, sekaligus cer

Pada 20 Juli 2011, seorang wanita Amerika bernama BirdAbroad (nama samaran yang dipakai di blognya) berjalan-jalan di distrik elektronik Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan. Ia sedang mencari kabel charger ketika matanya tertumbuk pada sebuah toko yang terlalu indah untuk diabaikan. Interiornya bersih steril, lantai mengkilap, meja-meja kayu ek dengan iMac dan iPad terpajang rapi, lampu sorot putih khas Apple, logo apel tergigit di dinding, dan karyawan muda berkaus biru dengan lanyard bertuliskan “Staff”. Bahkan tangga spiral kaca yang ikonik ada di sana.

BirdAbroad langsung mengambil foto. Ia masuk, bertanya kepada karyawan, dan mendapat jawaban yang semakin membingungkan: “Ya, ini Apple Store resmi.” Namun ketika ia mengecek daftar resmi Apple di Tiongkok daratan saat itu, hanya ada enam Apple Store asli: empat di Beijing, dua di Shanghai. Kunming tidak termasuk. Ia menemukan tiga toko serupa lagi dalam radius beberapa blok. Semuanya sama persis, sampai ke detail tanda “Genius Bar” dan poster “Think Different”.

Malam itu ia menulis postingan berjudul “Apple Store Kunming? Not Quite…” di blog pribadinya. Foto-fotonya langsung menyebar lewat Twitter, Reddit, dan Sina Weibo. Dalam 48 jam, cerita itu menjadi berita global. CNN, BBC, The New York Times, dan Reuters menurunkan laporan. Judul-judul sensasional bermunculan: “Fake Apple Stores Found in China”, “China’s Most Beautiful Knockoff”, hingga “So Good Even Employees Thought It Was Real”.

Seberapa Mirip Toko Palsu Ini? Kualitas pemalsuannya memang luar biasa.  Meja kayu ek impor dengan spesifikasi sama persis Apple Store resmi, papan nama “Apple Store” dengan font Myriad Pro resmi, lampu sorot LED 4000K, warna suhu sama seperti di Fifth Avenue, New York, Staf memakai kaus biru dengan logo apel bordir (bukan sablon), lanyard, name tag, dan bahkan stiker di pintu toilet bertuliskan “Staff Only”, Tangga spiral kaca (yang ternyata melanggar paten desain Apple), iPad dan iPhone yang dijual asli, tapi dibeli dari distributor abu-abu.

Saking sempurnanya, banyak karyawan di toko-toko itu benar-benar percaya mereka bekerja untuk Apple. Beberapa bahkan menangis saat inspektur datang dan menjelaskan bahwa perusahaan mereka tidak terdaftar.

Dua hari setelah postingan BirdAbroad viral, Administrasi Industri dan Perdagangan Kota Kunming (Kunming Administration for Industry and Commerce) menggerebek ratusan toko elektronik. Dalam seminggu, mereka memeriksa hampir 300 gerai. Hasilnya mencengangkan:  
- 5 toko menggunakan nama “Apple Store” secara ilegal  
- 22 pedagang lain menjual produk Apple tanpa izin resmi  
- 3 toko langsung ditutup paksa  
- 19 lainnya diperintahkan melepas semua logo, poster, dan dekorasi bergaya Apple  

Pemerintah Yunnan menyatakan pemalsuan merek dagang dan desain interior Apple melanggar Undang-Undang Merek Dagang Tiongkok serta Perjanjian TRIPS WTO. Apple sendiri, yang saat itu baru memiliki 6 toko resmi di Tiongkok daratan, mengeluarkan pernyataan singkat: “Kami menghargai upaya pemerintah Kunming dalam melindungi hak kekayaan intelektual kami.”

Mengapa Kunming? Mengapa 2011?

Kunming pada 2010–2012 adalah salah satu kota tier-2 yang sedang meledak pertumbuhan ekonominya. Penduduk kelas menengah baru bermunculan, tapi Apple belum membuka toko resmi di luar Beijing dan Shanghai. Kekosongan itu dimanfaatkan pedagang lokal. Mereka tahu konsumen Tiongkok sangat menghormati merek Barat, terutama Apple yang dianggap simbol status. Meniru desain toko resmi bukan sekadar menjual iPhone—mereka menjual pengalaman dan prestise.

Pada tahun yang sama, Tiongkok memang sedang menjadi surga pemalsuan kelas atas. Ada restoran KFC palsu di beberapa kota, Starbucks tiruan di Guiyang, bahkan IKEA palsu bernama “11 Furniture” di Kunming juga. Apple Store palsu hanyalah puncak gunung es.

Dampak Jangka Panjang atas kejadian Kunming 2011 menjadi titik balik Apple mempercepat ekspansi resmi di Tiongkok: dari 6 toko pada 2011 menjadi 41 toko pada 2016, dan lebih dari 50 pada 2025.  Pemerintah Tiongkok memperketat pengawasan merek dagang, terutama di kota-kota tier-2 dan tier-3.  Kasus ini sering dikutip dalam studi hukum kekayaan intelektual sebagai contoh “counterfeit retail experience” paling ekstrem di dunia. BirdAbroad menjadi selebriti dadakan, diundang CNN dan BBC, dan blognya ditutup beberapa tahun kemudian karena tekanan privasi.

Kisah Apple Store palsu Kunming mengajarkan beberapa pelajaran besar bahwa di era globalisasi, merek bukan sekadar produk, tapi pengalaman emosional yang bisa ditiru dengan sangat akurat.  Konsumen Tiongkok (dan mungkin kita semua) kadang lebih mencari simbol status daripada keaslian itu sendiri. Hukum kekayaan intelektual di negara berkembang sering tertinggal jauh di belakang kreativitas pedagang lokal. Satu foto dari seorang blogger biasa bisa mengguncang industri miliaran dolar dan memaksa raksasa teknologi bergerak lebih cepat.

Lebih dari satu dekade kemudian, toko-toko palsu itu sudah lama hilang, digantikan Apple Store resmi di Kunming yang dibuka pada 2016. Tapi cerita tentang bagaimana sebuah kota kecil di barat daya Tiongkok berhasil menipu dunia dengan toko apel tergigit palsu tetap menjadi salah satu legenda paling menghibur sekaligus memalukan di era internet awal.

Di Metavora, kami selalu percaya bahwa di balik setiap cerita viral ada cermin tentang sifat manusia, ambisi, dan batas antara inspirasi dengan penipuan.

Baca terus artikel-artikel menarik dari Metavora.co, Majalah Digital Indonesia

Fathurrahman Mohamad

As she said to the fifth bend, I think?' 'I had NOT!' cried the Gryphon. 'It all came different!'.