Kisah sedih ini datang dari Megadeth, band thrash metal legendaris yang dibentuk Dave Mustaine pada 1983 di Los Angeles. Megadeth baru saja umumkan akhir perjalanan mereka setelah merilis album baru pada 2026 dan tur perpisahan global. Dave Mustaine, vokalis dan gitaris utama, sebut keputusan ini datang dari keinginan keluar di puncak, seperti dikutip dari pernyataan resminya pada Agustus 2025. Band ini, yang lahir dari amarah Mustaine setelah dikeluarkan dari Metallica, awalnya bentuk sebagai balas dendam musik, tapi berkembang jadi kekuatan besar di genre metal dengan penjualan lebih dari 38 juta album di seluruh dunia. Mustaine, bersama basis James LoMenzo, drummer Dirk Verbeuren, dan gitaris Teemu Mäntysaari, bilang tur farewell ini jadi pesta perpisahan untuk jutaan fan yang telah setia selama empat dekade. Album terakhir, yang produksinya mulai November 2024 dan hampir selesai pada Juni 2025, dijanjikan sebagai karya puncak—mungkin campur elemen klasik seperti riff cepat dan lirik politik yang jadi ciri khas mereka. Keputusan bubar ini bukan akhir mendadak, tapi klimaks dari karir penuh kontroversi dan prestasi, mengajak fan renungkan warisan band yang ubah dunia gitar dan thrash metal.
Megadeth mulai dari garasi kecil di Los Angeles, di mana Mustaine, lahir 13 September 1961 di La Mesa, California, rekrut basis David Ellefson, gitaris Greg Handevidt, dan drummer Dijon Carruthers. Debut album "Killing Is My Business... and Business Is Good!" pada 1985 langsung dapat pujian untuk kecepatan dan agresivitasnya, meski anggaran minim karena masalah obat-obatan di band. Mustaine, yang punya latar belakang keluarga broken dan perjuangan awal di musik, tuang amarahnya ke lirik-lirik seperti "Mechanix" yang asalnya dari Metallica. Band ini cepat ganti personel: Chris Poland dan Gar Samuelson masuk untuk album kedua "Peace Sells... but Who's Buying?" pada 1986, yang jadi klasik dengan lagu title track yang liriknya kritik sosial Amerika—video klipnya tayang di MTV, catatkan Megadeth sebagai bagian Big Four thrash metal bersama Metallica, Slayer, dan Anthrax. Album ini jual 1 juta kopi, tapi tur penuh kontroversi: Mustaine sering mabuk di panggung, Ellefson perangi kecanduan, tapi keberanian mereka tampil di festival seperti Monsters of Rock 1988 bikin nama besar. Di era 90-an, Megadeth matang: "Rust in Peace" (1990) dengan gitaris Marty Friedman dan drummer Nick Menza jadi masterpiece, lagu "Holy Wars... The Punishment Due" kritik konflik Timur Tengah dengan riff kompleks yang ubah standar gitar metal. Album ini masuk nominasi Grammy, jual 2 juta kopi, dan tur bersama Slayer dan Anthrax jadi legenda.
Prestasi Megadeth terus naik di dekade berikutnya, meski penuh gejolak. "Countdown to Extinction" (1992) debut nomor 2 Billboard, jual 2 juta kopi, dengan hit "Symphony of Destruction" yang liriknya kritik politik—lagu ini sering dimainkan di konser Indonesia, di mana fan metal seperti di Hammersonic chant bareng. "Youthanasia" (1994) dan "Cryptic Writings" (1997) tambah Grammy nominasi, tapi Mustaine perangi kecanduan heroin yang hampir hancurkan band. Pada 2002, cedera tangan Mustaine nyaris bubarkan band, tapi ia bangkit dengan "The System Has Failed" (2004) dan reuni dengan Ellefson. Album seperti "United Abominations" (2007) dan "Endgame" (2009) kritik perang Irak, tunjukkan Mustaine sebagai vokalis yang liriknya penuh isu global. Pada 2016, "Dystopia" nominasi Grammy lagi, dan tur bersama Scorpions bikin mereka main di Jakarta—fan Indonesia rasakan getar "Peace Sells" live. Hingga "The Sick, the Dying... and the Dead!" (2022), Megadeth jual 50 juta album global, 13 Grammy nominasi, dan pengaruh besar di genre thrash—riff Mustaine inspirasi gitaris seperti Dimebag Darrell dari Pantera.
Alasan bubar Megadeth terletak pada keinginan Mustaine keluar di puncak, seperti dikatakannya dalam pernyataan Agustus 2025: "Banyak musisi tak bisa keluar sesuai keinginan mereka, dan aku ingin seperti itu." Usia Mustaine 64 tahun pada 2025, kesehatan setelah kanker tenggorokan 2019, dan perubahan personel seperti keluarnya Kiko Loureiro 2023 bikin band capek. Tur farewell 2026 jadi pesta akhir, mungkin main lagu-lagu ikonik seperti "Hangar 18" atau "Tornado of Souls," dengan guest seperti Marty Friedman atau Nick Menza tribute. Album terakhir, diproduksi sejak November 2024, janji campur thrash klasik dengan elemen baru—mungkin kolaborasi dengan Metallica untuk rekonsiliasi lama. Keputusan ini bukan akhir mendadak, tapi klimaks karir penuh kontroversi: dari perseteruan Mustaine dengan Metallica hingga lirik politik yang kontroversial. Di Indonesia, di mana metal scene kuat dengan band seperti Seringai atau Voice of Baceprot, bubarnya Megadeth jadi momen nostalgia—fan ingat konser 1993 di Jakarta yang legendaris, meski dibatalkan karena kerusuhan.
Dampak bubar Megadeth terasa di thrash metal dan Big Four. Band ini ubah genre dengan riff teknis Mustaine, seperti di "Rust in Peace" yang inspirasi progresif metal seperti Dream Theater. Penjualan 38 juta album, 13 Grammy nominasi, dan tur dunia 40 tahun bikin mereka legenda—bubarnya tutup era thrash 80-an, dengan Slayer sudah pensiun 2019, Anthrax masih aktif tapi tak sebesar, dan Metallica tetap raja. Di Indonesia, scene metal seperti Hammersonic akan rasakan kekosongan—fan muda di Bandung atau Surabaya yang belajar gitar dari "Holy Wars" akan lihat ini sebagai akhir babak, tapi inspirasi untuk band lokal. Warisan Megadeth: lirik kritik sosial seperti "Peace Sells" yang relevan hingga 2025, dan pesan Mustaine: "Kita ciptakan gaya musik, revolusi, ubah dunia gitar." Buku memoar Mustaine, dirilis bareng album 2026, mungkin cerita perjuangan pribadi, dari kecanduan hingga kanker, menginspirasi fan.
Megadeth lahir dari amarah Mustaine setelah dikeluarkan dari Metallica 1983 karena masalah minum—ia jual gitar untuk beli bus, rekrut Ellefson di apartemen kecil LA. Debut 1985 penuh energi mentah, tapi "Peace Sells" 1986 bikin terobosan dengan video MTV yang kontroversial. Era 90-an penuh gejolak: Mustaine rehab 15 kali, tapi album seperti "Countdown" jual platinum. 2000-an, reuni dengan Ellefson setelah bubar sementara 2002 karena cedera tangan—ia belajar gitar lagi dari nol, efek emosional yang dalam. "Dystopia" 2016 kembali ke thrash roots, nominasi Grammy, dan tur 2024 dengan Mudvayne bikin fan nostalgia. Bubar ini jadi akhir manis, seperti Slayer yang pensiun dengan tur farewell.
Di Metavora, kami selalu mendorong pembaca untuk rayakan warisan seperti Megadeth, karena musik adalah api yang tak pernah padam.
Baca terus artikel-artikel menarik dari Metavora.co, Majalah Digital Indonesia